Nara Tes Pendengaran OAE dan BERA di Rumah Sakit [Part 2 - Screening Speech Delay Tumbuh Kembang Anak] | Beaufavele by diannopiyani

Nara Tes Pendengaran OAE dan BERA di Rumah Sakit [Part 2 - Screening Speech Delay Tumbuh Kembang Anak]

Assalamualaikum bifellas,

MashaaAllah udah masuk 2025. Gimana awal tahun barunya? Semoga sehat-sehat dan dimulai dengan hal baik yaa temen-temen semua. Aamiin yaa Rabbal'alaamiin...

Di post kali ini, aku mau lanjut sharing pengalaman memeriksakan Nara di usianya 2 tahun lalu. Pada postingan sebelumnya, aku udah cerita membawa Nara ke klinik tumbuh kembang untuk discreening dan sempat menjalani terapi untuk sensor motornya. Aku dan suami lalu memutuskan untuk membawa Nara ke dokter anak, dengan harapan akan mendapat informasi yang lebih lengkap mengenai keadaan Nara saat itu. Berdasarkan informasi dari beberapa sumber, ternyata bisa menggunakan BPJS. Sesuai dengan alurnya, aku membawa Nara ke Faskes 1 terlebih dahulu untuk diperiksa oleh dokter di Klinik. Di sana aku menjelaskan seperti apa keadaan Nara yang sebenarnya, yang pada saat itu memang belum bisa berbicara, masih bubbling saja. Akhirnya kami dirujuk ke dokter anak di Rumah Sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Aku memilih ke Hermina Tangerang, karena sebelumnya aku sempat browsing dan mendapat info dari beberapa sumber bahwa di sana ada Klinik Tumbuh Kembang Anak yang cukup bagus dan dokter anaknya pun banyak, tapi saat itu aku belum tau mau ke dokter yang mana atau siapa yang spesialisnya di tumbuh kembang anak. Untungnya saat pendaftaran di RS, petugasnya baik dan memberi rekomendasi info nama-nama dokter mereka. Alhamdulillah...

Bertemu dokter anak, aku dan suami diwawancarai seputar tumbuh kembang Nara selama ini, kemampuan apa saja yang dia sudah ataupun belum bisa. Oiya sebelumnya aku diberikan lembaran seperti form isian dan kuesioner untuk diisi, yang juga berkaitan dengan tumbuh kembangnya. Selesai diperiksa, dokter merujuk kami ke dokter THT untuk mendapat kepastian mengenai kondisi pendengaran Nara, karena pada dasarnya anak belajar berkomunikasi atau berbicara itu dari apa yang dia dengar, jadi kita harus memastikan terlebih dahulu bahwa telinga Nara berfungsi dengan baik. Tes yang harus diikuti adalah OAE (Oto Accoustic Emmision) dan BERA (Brainstem Evoke Response Auditory). Keduanya merupakan tes untuk mengetahui apakah ada atau tidak adanya gangguan pada telinga anak. Bedanya kalau OAE itu untuk mengukur fungsi sel-sel rambut halus pada telinga bagian dalam (koklea), sedangkan BERA untuk memantau fungsi saraf pendengaran dan gelombang otak dalam menangkap rangsang suara. Tes ini sebenarnya bisa dilakukan sejak anak masih bayi. Mungkin untuk ibu-ibu yang lahirannya di rumah sakit, bayinya akan di tes OAE begitu baru lahir. Jadi kalaupun ada masalah, bisa langsung terdeteksi dan diintervensi sejak dini. Aku melahirkan Nara di Puskesmas, tidak ada pemeriksaan seperti itu, jadi baru tau tes ini pada saat itu. 

Pemeriksaan telinga dilakukan di Hermina Periuk, masih di daerah Tangerang juga. Kami bertemu dokter THT yang ramah sekali, dr. Putu namanya. Pada pertemuan pertama, Nara diperiksa telinganya untuk melihat apakah ada kotoran di dalam telinganya atau tidak. Selama ini aku bersihin telinga Nara hanya bagian luarnya aja, enggak berani bersihin dalamnya, ternyata lumayan banyak kotorannya. Untungnya dokter mengerti dan memang tidak dianjurkan untuk membersihkan menggunakan cotton bud hingga hingga telinga dalam. Pada saat itu juga telinga Nara langsung dibersihkan. Butuh effort besar untuk megang Nara yang ngamuk sambil nangis kejer, mungkin karena dia takut, ini pengalaman pertamanya (maafin ya nak bikin Nara enggak nyaman saat itu). Aku memangku Nara di kursi periksa sambil memegang tangannya, suami bantu memegang badan Nara. Dokter menyemprotkan cairan khusus untuk membersihkan kedua telinganya dibantu oleh suster. Alhamdulillah prosesnya berjalan lancar dan telinga Nara bisa dibersihkan dengan baik, kotorannya sudah diambil. Berikutnya kami dijadwalkan untuk tes beberapa hari kemudian. Oiya sebelumnya, Nara diresepkan semacam obat tidur gitu untuk dipakai ketika tes, jadi bisa tenang selama pemeriksaan berlangsung.

Tes OAE dan BERA

Hari tes tiba. Jadwal pemeriksaannya siang hari. Kami sengaja tidak membiarkan Nara tidur hingga siang, supaya nantinya bisa cepat tidur ketika di rumah sakit. Benar saja, begitu sampai di rs, udah ndut-ndutan matanya, hehe... Namun tetap Nara dipakaikan obat tidur yang dimasukan melaui anus sebelum tes. Selang beberapa menit ketika digendong papanya, langsung leeep, bobo. Alhamdulillah... Ternyata banyak juga yang mengikuti tes di hari itu. Semuanya berlomba-lomba untuk menidurkan anaknya (jika anak belum bisa untuk dikoordinasikan tenang selama pemeriksaan). Siapa yang udah tidur, bisa langsung diperiksa. Ada yang anaknya digendong, dikasih susu, dikelonin, macem-macem dh. MashaaAllah... Aku baru sadar di sini bahwa semakin kecil itu justru akan semakin mudah untuk diperiksa, dan semakin besar semakin sulit, apalagi usia toddler yang lagi aktif-aktifnya. Subhanallah bangeettt. Begitu Nara udah tidur, aku langsung bilang ke Audiologist-nya. Kabel-kabel mulai dipasangkan, dan kami juga diminta untuk tenang, tidak mengeluarkan suara selama tes. Sekitar 30 menit tes berlangsung, setelahnya kami ditanya-tanya tentang kondisi selama kehamilan, kelahiran, dan pasca lahir seperti apa. Secara umum, audiologis menyatakan bahwa ada yang tidak normal pada kondisi telinga Nara. Namun beliau tidak menjelaskan secara rinci seperti apa, karena nanti dokter yang akan menjelaskan semuanya. Deg! Saat itu aku feelingku langsung enggak enak. Apakah benar memang Nara mengalami gangguan dengar, atau kelainan seperti apa yang Nara alami? Semua pertanyaan itu muncul dan sedih banget rasanya, sampai aku enggak bisa nahan air mata selama perjalanan pulang :'(

Kami dijawalkan kembali ke dokter THT pada minggu berikutnya. Selama satu minggu itu aku kepikiran terus, cemas, khawatir. Aku berusaha belajar untuk bisa menerima apapun nanti hasilnya, dengan berdoa dan berserah kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala hal. Hari H tiba, aku dan suami deg-degan banget begitu masuk ruangan. Dokter menginformasikan bahwa Nara mengalami Gangguan Dengar dengan derajat berat, sekitar 70-90db. Subhanallah... aku enggak kuasa nahan nangis saat itu :""( Suami berusaha untuk menenangkan, sambil mendengar penjelasan dokter seputar hal tersebut dan seperti apa penanganan selanjutnya. Dokter menganjurkan agar Nara memakai Alat Bantu Dengar. Alhamdulillah aku bersyukur banget ketemu dokter THT yang baik dan ramah di sini, cara beliau menjelaskan pun menurutku enak, detail dan menenangkan. Enggak ngebuat mental tambah down dengan kondisi yang aku alami. Ini salah satu dokter terbaik sih yang pernah aku temui selama ini.

Sepanjang perjalanan pulang, lagi-lagi air mataku keluar. Ku peluk erat Nara dan meminta maaf kepadanya. Sebagai ibu, tentu ada rasa bersalah yang sangat besar terhadap kondisi yang Nara alami. Kok bisa? kenapa aku? kenapa Nara? kenapa kami? pertanyaan-pertanyaan itu muncul begitu saja. Ketika sampai rumah, kami bertiga berpeluk erat. Mencoba saling menguatkan satu sama lain. Kami tau ini tidak mudah, tapi kami yakin kami akan mampu menjalaninya, karena Allah pun menjamin bahwa tidak akan membebani seseorang melainkan seusuai dengan kemampuannya. Satu hal itu yang menguatkan kami. InshaaAllah...

- - - Bersambung


No comments :

Post a Comment